Strategi Menghimpun Dana Pendidikan Anak

Pak Jaka yang saya hormati,

Saya ayah dari seorang putra yang pada akhir 2011 nanti akan berusia 5 tahun. Saya tahu pentingnya asuransi pendidikan, namun saya realistis saja lantaran saya hanya bisa menyisihkan IDR 300-400 ribu per bulan, atau bahkan kurang dari angka tersebut, dari penghasilan bulanan saya. Sementara asuransi pendidikan yang saya tahu minimal IDR350 ribu sampai IDR500 ribu.

Saya hanya membuka tabungan pendidikan senilai IDR100 ribu. Akhir tahun ini akan terkumpul sekitar IDR7 juta. Saya mau bertanya, investasi apakah yang saya bisa lakukan ketika saya belum mampu/tidak memiliki asuransi pendidikan. Saya berencana melanjutkan tabungan pendidikan ini sampai 5 tahun ke depan, selanjutnya saya ingin investasikan uang tersebut.

Di manakah saya mesti memutar uang saya setelah menabung 10 tahun? Reksa dana (pendapatan tetap, campuran, saham), unit link, emas, atau saham. Setidaknya masih ada 12-13 tahun lagi sebelum putra saya masuk ke universitas. By the way, ini pertanyaan pertama, nanti ada pertanyaan selanjutnya. Tidak apa-apa kan?

Terima kasih atas bantuan pak Jaka dan terima kasih

Dodik, Manggarai, Jakarta Selatan

Mas Dodik, terima kasih atas suratnya.

Sebelum menjawab pertanyaan Anda perkenankan saya mengemukakan sebuah gejala yang disebut affluensa, istilah yang muncul di jagad keuangan pada pertengahan 2000an, Seperti influenza, affluenza adalah ‘wabah’ yang mudah menular. Intinya affluenza adalah wabah yang melanda kawasan Asia Pasifik. Gejalanya adalah perubahan perilaku ekonomi dan sosial untuk lebih makmur. Jelas ini istilah baru untuk gejala yang sudah lama ada.

Gejala dari wabah ‘affluenza’ telah menghasilkan industri ‘obat’ yang di Indonesia saja nilainya ratusan triliun rupiah dan bahkan kuadriliunan (ribuan triliun) tergantung cara kita memandangnya. Lihat saja nilai aktiva (asset under management) di reksa dana sebesar IDR140,08 triliun per Februari 2011, 136,86 triliun per Januari 2011 dan nilai aktiva perusahaan asuransi dan aktiva dana pensiun. Kita bisa memasukkan kapitalisasi saham di Bursa Efek Indonesia yang pada akhir 2010 bernilai Rp 3.243,77 triliun, dan dana pihak ketiga di bank yang bernilai IDR 2.338.824 miliar. Di luar itu masih banyak industri yang melayani individu atau keluarga yang dijangkiti wabah affluenza.

Nah, rupanya Anda sudah terkena wabah itu juga. Itu bagus.

Dalam membuat rencana untuk menghimpun dana pendidikan, dan rencana keuangan lain,  sebaiknya Anda menetapkan tujuan yang spesifik agar mudah dievalusi. Untuk dana pendidikan, coba perkirakan kebutuhan untuk pendidikan anak Anda. Cari tahu berapa biaya pendidikan di SD, SMP, SMA dan PT saat ini. Kemudian hitung berapa nilai kemudian (future value) dari biaya tersebut dengan memperhitungkan laju inflasi. Setelah mengetahui kebutuhan di masa depan, Anda dapat menghitung nilai sekarang (present value). Tampaknya rumit, tetapi sebenarnya menghitung nilai kemudian dan nilai sekarang cukup sederhana, yakni menggunakan rumus yang sudah disinggung dalam 2 edisi terakhir rubrik ini: Nilai Kemudian = nilai sekarang x (1 + i)n

Rumus itu memerlukan empat input, yakni jumlah uang yang Anda ingin himpun, jumlah uang yang harus Anda simpan, return yang Anda dapatkan, dan berapa banyak waktu Anda harus membiarkan uang Anda tumbuh. Dalam hal ini waktu berpihak pada Anda. Karena tujuan Anda adalah jangka panjang, maka Anda berpeluang sangat besar untuk memutar simpanan Anda ke instrumen yang memberikan return di atas laju inflasi.

Dengan menggunakan rumus tersebut, Anda akan dapat menghitung berapa uang yang dibutuhkan untuk biaya anak memasukkan anak ke SD (setahun lagi), SMP (7 tahun dari sekarang), SMA (10 tahun dari sekarang) dan PT (13 tahun lagi). Anda juga bisa menghitung sekaligus biaya sekolah sekaligus.

Kalau Anda memasukkan uang ke akun simpanan pendidikan IDR300 ribu, dengan rumus tersebut maka Anda akan mengetahui berapa return yang Anda butuhkan untuk bisa menutupi kebutuhan pada setiap tahapan pendidikan. Cara lain, Anda menetapkan return yang diinginkan, misalnya 20% setahun, ke dalam rumus untuk mendapatkan berapa Anda harus menyimpan setiap bulan agar kebutuhan masa depan dapat terpenuhi.

Langkah selanjutnya adalah bahwa dana untuk kebutuhan memasukkan anak ke SD, yang akan dikeluarkan setahun lagi, simpan di tabungan. Dana untuk memenuhi kebutuhan masuk SMP sampai PT, karena lebih dari lima tahun baru dibutuhkan, dapat diinvestasikan di saham. Saat ini ada broker yang menyaratkan deposit awal serendah IDR5 juta, namun ada yang menyaratkan dana awal IDR25 dan bahkan IDR100 juta untuk membuka akun. Anda dapat berinvestasi di saham secara tidak langsung melalui reksa dana.

Mengapa harus saham? Secara teoritis, dan data historis membuktikan, bahwa saham memberikan return lebih  besar dibanding instrument investasi konvensional seperti deposito, obligasi dan emas. Kalau return dari saham selama dua tahun naik di atas 40% setahun seperti yang terjadi dalam yang terjadi dalam dua tahun terakhir, maka pindahkan sebagian dari investasi Anda di saham ke instrument yang lebih rendah risikonya seperti obligasi atau bahkan deposito. Tujuannya adalah menurunkan eksposur risiko Anda, dan Anda dapat memenuhi kebutuhan yang akan datang. Jadi misalnya, dalam tiga tahun nilai investasi Anda sudah melampaui kebutuhan untuk biaya masuk SMP, maka Anda dapat memindahkan dana dari akun saham sejumlah yang dibutuhkan untuk masuk SMP ke obligasi dan sisanya bisa tetap di akun saham dan dicadangkan untuk tujuan memenuhi kebutuhan sekolah di SMA dan PT.

Strategi seperti ini diperlukan untuk menjaga agar Anda tidak harus menjual saham atau unit penyertaan reksa dana pada saat anak Anda masuk ke SMP padahal pada waktu itu harga saham sedang anjlog tajam seperti yang terjadi pada 2008. Dan seperti saya kemukakan di atas, harga saham pada 2009 dan 2010 naik masing-masing di atas 40%. Strategi ini dapat terus digunakan sampai anak Anda masuk universitas.

Kalau Anda tidak memiliki waktu untuk mempelajari rumus nilai kemudian dan nilai sekarang, melakukan kalkulasi, dan menyusun investasi sendiri, Anda bisa berpaling ke asuransi pendidikan. Cara perusahaan asuransi berinvestasi sedikit banyak akan sama dengan cara-cara di atas. Perbedaannya adalah bahwa asuransi pendidikan mengandung unsur asuransi. Artinya, Anda harus membayar premi untuk asuransi tersebut. Premi ini nilainya cukup besar, karena menyangkut komisi agen. Untuk mengelola dana Anda perusahaan asuransi mempekerjakan fund manager atau menyerahkan pengelolaan atas uang Anda ke perusahaan pengelola dana. Anda juga akan menanggung biaya pengelolaan tersebut.

Apa yang berlaku untuk asuransi pendidikan juga berlaku untuk unit link. Kalau Anda membeli unit link, Anda akan dikenai komisi agen, premi asuransi dan biaya pengelolaan dana.  Nilai investasi Anda di unit link mungkin dikelola sendiri oleh perusahaan asuransi yang bersangkutan atau diserahkan ke perusahaan pengelola dana.

Dari paparan di atas, maka kalau Anda belum mampu membayar premi minimum untuk asuransi pendidikan, maka Anda tinggal membeli premi asuransinya saja dan terus melanjutkan tabungan pendidikan. Pada umumnya, lebih murah kalau menggunakan layanan investasi dan asuransi secara terpisah. Jadi untuk menikmati manfaat asuransi dan investasi di sebuah unit link, misalnya, akan lebih murah kalau Anda membeli polis asuransi dan berinvestasi di reksa dana. Ini karena unit link adalah produk bundelan, yang menggabungkan unsur investasi dan asuransi.

Untuk pertanyaan lain silahkan saja, tetapi redaksi jurnal nasional yang akan menentukan apakah perlu dijawab atau tidak. sepanjang isu.

Salam Investasi

Jaka E Cahyono

 

 

1 Response to “Strategi Menghimpun Dana Pendidikan Anak”


  1. 1 Anonymous July 15, 2013 at 1:26 am

    I have a confident synthetic eyesight just for detail and may foresee
    complications just before they take place.


Leave a reply to Anonymous Cancel reply




Situs Ini Telah Dikunjungi

  • 123,658 Tamu

Rubrik

Tulis alamat email Anda untuk menerima pemberitahuan setiap ada unggahan baru.

Join 27 other subscribers